Pesantren Modern Tgk. Chiek Oemar Diyan memenuhi undangan diskusi ke Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Aceh, Ule Kareng, Banda Aceh. Rabu, (17/11/2022) Kemarin.
Acara WALHI Aceh dibuka langsung oleh Direktur WALHI Aceh, Ahmad Shalihin. Dalam pidatonya Ahmad menjelaskan secara singkat sejarah berdirinya WALHI serta tujuan diadakan acara tersebut. Acara diskusi tersebut dihadiri oleh Sekolah Lingkungan Aceh (SLA) dan aktivis Krueng Aceh.
“WALHI merupakan sebuah organisasi gerakan lingkungan hidup terbesar di Indonesia, organisasi non pemerintah dan organisasi pencinta alam. WALHI secara aktif mendorong upaya-upaya penyelamatan dan pemulihan lingkungan hidup di Indonesia. Acara ini diadakan untuk memaparkan kegelisahan kawan-kawan yang berhadir, membahas seputar rusaknya lingkungan kita” Ungkap Ahmad Shalihin.
Santri Oemar Diyan diberikan kesempatan untuk berorasi dalam acara diskusi tersebut. Risyad, santri Oemar Diyan mengungkapkan kegelisahan dan kesedihan terhadapa lingkungan sungai Oemar Diyan yang telah rusak, keruh.
“Keruhnya sungai kami, ini adalah judul yang saya angkat dalam diskusi ini. Saya sebagai santri Oemar Diyan tak lagi merasakan kejernihan air sungai di Oemar Diyan. yang mana dulu sungai tersebut menjadi ikonik Ponpes Oemar Diyan, kini tak lagi bisa dinikmati. Sudah lima tahun sungai tersebut tak lagi bisa dinikmati. Padahal dulunya sungai tersebut adalah tempat kegiatan sehari-hari santri Oemar Diyan dan sumber kehidupan masyarakat sekitar” Ujar Risyad.
Dalam acara diskusi yang diadakan sore kemarin, dihadirkan juga penampilan-penampilan seperti pembacaan puisi, orasi, Akustik, dan stund up comedy dengan tema “Bumi Sakit Manusia Terancam, Tiadak ada Manusia Yang Sehat Diatas Bumi Yang Sakit”
“Tak ada Manusia Sehat di Atas Bumi yang Sakit”
#Karya PAM dan Yasmin
Untuk sekian kalinya….
Ini surat dari kami
Surat penuh keresahan
Suara tangisan rakyat yang bersatu
Menjerit bersama alam yang tak berrua
Seakan membisu
Menitipkan asa masa depan
Pada sebuah pertemuan
Menentukan hidup rakyat dan lingkungan
Dengan tipu daya muslihat
Duhai engkau para penguasa
Para pemangku jabatan yang tersenyum manis
Melihat tangisan rakyat, dan bumi yang tersu merintih kesakitan
Bersandiwara dibalik topeng keadilan
Berdiri tegak bak pahlawan
Berlindungan dengan nama kemanusiaan
Tahukan kalian?
Bumi yang kami cinta
Merintih kesakitan
Merana dengan luka yang menganga
Menunggu waktu berduka
Tak ada manusia sehat di atas
Bumi yang sakit
Adakah sedikit saja perhatianmu?
Mentari bersinar memberi kehangatan
Kian lama kian panas
Panas …. Terik
Berganti hujan seakan memburu
Tak henti meski berganti waktu
Akankah dirimu tetap diam dan membisu?
Ataukah sudah terlalu nyaman berada dikursi itu?
Tanah indah, berbudaya, dan beradat ini membutuhkanmu
Memberikan segala usaha dan kemampuanmu
Tak perlu mengucap janji palsu
Yang membuat kami linglung
Surat ini adalah salam perjuangan kami
Untuk sebuah perlindungan
Akan sebuah keberlanjutan
Berujung pada keadilan.
Salam adil dan lestari
Banda Aceh, 16 Nov 2022.
Tinggalkan Komentar