Info Sekolah
Wed, 12 Mar 2025
  • Selamat Datang | Bersama Pesantren Modern Tgk Chiek Oemar Diyan, Jadilah Pribadi yang Lebih Baik dan Bermanfaat Untuk Umat | Dapatkan Seputar Informasi Pesantren Kami Disini.

Warna Warni Liburan Anak Pondok

Sun, 30 Apr 2023 Oleh : Redaksi

Penulis | Fathin Nainawa Az Zahra (Santriwati Kelas IX B)
Editor | Parisha

Matahari mulai terbenam. Malam pun segera menyapa langit langit pondok kami. Suara bel yang berbunyi dari arah belakang asrama membuat kami untuk bersegera memakai sarung yang rapi dan mukenah dengan memegang erat Al-Quran dalam dekapan.

Wahid, itsnani dan seterusnya”.., suara itu yang membuat kami berlarian berhamburan menuju satu arah yaitu mushalla tercinta. Aku duduk di bagian pinggir dekat tiang putih yang menjulang tinggi sampai ke atap.

“Tin, kapan kita pergi ke masjid besar, dengerin kapan pulang  dari pondok?”. Tanya seorang teman dari sebelah kanan ku.

“Hmm..”, aku mulai berpikir sejenak. “Oh iya, biasanya kan waktu isya, sekalian shalat di sana juga,  kayak tahun kemarin.” Jawab ku dengan suara pelan.

“Yaudah jangan bicara lagi nanti kena iqab (hukumam)”, ucap Fahira.

Riuh nya suara bisikan anak pondok dalam mushalla dengan lantunan ayat suci Al-Quran mulai terdengar di mana-mana. Tak terasa dengan membaca Al-Quran , adzan pun tiba dikumandangkan dari arah masjid besar. Tepukan tangan dua kali dari bagian keamanan menandakan untuk segera merapikan shaf shalat dan diam sejenak mendengarkan adzan berkumandang. Selesai adzan, para santri mulai melaksanakan shalat maghrib berjamaah.

Selesai shalat, para santri mulai berdzikir dan berdoa ,dilanjutkan dengan shalat sunnah dan membaca Al-Quran. Keluar dari mushalla aku dan Fahira beranjak pergi ke kamar untuk mengganti pakaian biasa dan mulai menuju dapur makan. Aku segera menandai tempat duduk untukku, Fahira dan Ica. Fahira bertugas mengambil nasi ,Ica bertugas mengambil ayam dan aku bertugas mengambil kuahnya. Masing-masing punya tugas sendiri. Kami bertiga mulai menyantap makanan milik masing-masing. Beberapa menit kemudian.

”Tin ,dah siap belum..?”, tanya Fahira.”

Ih .. tungguin lah. Kalian dah pada siap ya?

Hihihi memang begini ana makan nya, lama macam putri Solo jadi nya.’ Jawabku sambil tertawa kecil.  Ica dan yang lainnya yang hanya mendengar sekilas, mulai tertawa kecil

Adzan Isya mulai berkumandang lagi. Para santri mulai bersiap-siap memakai pakaian shalat dan legging serta kaus kaki, karna kami semua bergegas pergi ke masjid besar untuk mendengarkan ceramah dari Pimpinan Pesantren tercinta kami tentang perpulangan di bulan suci Ramadhan ini. Setelah menyelesaikan shalat Isya para santri mendengarkan sedikit ceramah dari Pimpinan dan para senior lainnya. Kami para santri diberitahukan bahwa perpulangan bulan Ramadhan besk hari Minggu dan kembali ke Pesantren pada tanggal 30 April 2023.

”HOREEEEE….libur panjaaaang!!!” Suara teriakan dari para santri bersorak tanda kegirangan, melepaskan kelelahan selama menuntut ilmu penuh memori hafalan beragam materi pelajaran penuh berkah.

Ustadz juga mengingatkan para santri , “Anak-anakku, selama berlibur di bulan suci Ramadhan perbanyaklah amal ibadah dan jangan menyia nyiakan waktu.’

Tetapi yang namanya para santri  mengiginkan waktu untuk santai setelah berbulan lamanya kelelahan bergulat dengan semua materi pelajaran di Pesantren, berlarian ke sana ke mari dan akhirnya masa libur justru tepar di rumah. Selesai dari masjid besar mendengar arahan dari Pimpinan, santriwan dan santriwati bergegas untuk balik ke habitatnya masing -masing.

Seperti biasanya malam perpulangan kami secara bergiliran bersalam-salaman dan meminta maaf sesama santriwati dari kelas  1 sampai kelas 6 juga kepada para ustadzah. Namun kemacetan tak terbendung saat tiba giliran letting kami. Karna letting kami bisa dibilang letting  terbanyak di pondok. Saat semua selesai bersalaman, aku dan teman-teman bergegas balik ke kamar masing-masing.

Sekitar pukul 09:30 wib masing-masing kelas atau lettingnya mengadakan makan bersama. Ini memang sudah menjadi adat yang tidak bisa ditinggal oleh para santri di Pesantren Oemar Diyan tercinta. Aku duduk di bangku kelas 3B. Siswa kelas 3B sibuk membantu satu sama lain untuk mempersiapkan makan bersama, membuat minuman, menyusun bangku dan meja dan membagikan makanan ke teman-teman lainnya. Sebelum makan kami semua membaca doa. Saat itu aku salah membaca doa, dari doa makan menjadi doa tidur dengan pede-nya dan suara lantang.

”Upss..salah”, betapa terkejut dan malunya aku. Langsung aku ganti doanya menjadi doa makan yang sebenarnya. Hahaha. Setelah semua selesai makan kami sekelas langsung memasuki sesi foto bersama yang tak seberapa itu, namun momen itulah yang tidak bias terlupakan di pondok. Saat jarum jam kira kira menuju pukul 10:45 wib, kami bubar dan balik ke kamar masing masing. Memang di Pondok tidak ada habis-habisnya tugas. Temen lainnya sibuk membereskan barang yang harus di bawa pulang.

Apa lagi kami, santriwati kelas 3, banyak barang bawaannya, karna kami mesti belajar di rumah untuk persiapan ujian akhir di awal bulan Mei nanti. Paska Lebaran kembali ke pondok langsung ujian, apakah tidak syok para santri kelas 3? namun semua hanya bisa di jalani aja. Aku sampai  bicara dalam hati.”Bawa buku penuh 1 kardus, tapi yang di pelajari hanya lah 5 buku. Hihihi.”

Keesokan harinya, seperti biasa  kami melaksanakan shalat subuh berjamaah di mushalla. Biasanya setelah shalat subuh kami membaca Al-Quran agak lama, namun kali ini hanya sebentar karna hari ini adalah hari bergembira bagi para santri OD, yaitu saat perpulangan. Setelah melaksanakan shalat, kami para  santri dikumpulkan di depan pohon roda untuk di tugaskan mengambil pakaian di jemuran dan bersih-bersih pondok sebelum meninggalkan ponpes tercinta.

Setelah bersih bersih, kami bergegas mandi dan berpakaian rapi ,bersiap untuk pulang. Pukul  08 :00 pagi keesokan harinya aku melihat sudah ada yang menunggu orang tua di bawah pohon roda, di taman, di kantin, di mesjid dan di berbagai titik dengan raut gelisah seolah tak sabar ingin segera pulang ke rumah. Selesai mandi, aku langsung balik ke kamar dan bersiap -siap.

Sudah berjam-jam aku menunggu di teras gedung Turki sambil berbincang dengan teman-teman, tapi Bundaku tak kunjung datang. Akhirnya aku memutuskan untuk menunggu di bawah pohon roda bersama Zahwa.

”Wa ,kapan di jemput?”, tanya ku.

”Hmm, kata mama ku sekitar jam 12-san gitu”, ucap Zahwa sambil merengut.

”Ooh, gimana kalau kita makan ice cream dulu? Pas kali tadi ada tukang jualan ice cream.

Tmben-tumbenan nih, biasanya ngak pernah tuh.. Eh ternyata Bapaknya ngak tau kalau ngak boleh jualan saat perpulangan.” Cerecauku pada Zahwa sambil menikmati ice cream di cuaca yang cukup panas ini.

Untung Aku dan Zahwa sudah beli duluan, Hihihi! Aku dan Zahwa menghabiskan waktu dengan memakan ice cream bersama. Tit,tit…Suara klakson mobil terdengar dari arah dekat.

Ternyata itu mobil yang menjemput ku.”Zahwa ana duluan ya. Dadah.” Aku melambaikan tangan ke arah Zahwa mengucapkan selamat tinggal.

Aku langsung  membawa barang bawaan dan memasukkan ke dalam garasi mobil belakang. Beberapa jam ditempuh menuju perjalanan pulang ke rumah. Akhirnya kami sampai ke rumah yang ditunggu-tunggu sejak lama.

Tibalah saatnya Meugang. Itu semacam adat di Aceh tanah kelahiranku yang tak pernah  kami lewatkan. Saatnya menyambut bulan suci Ramadhan keesokan harinya. Malamnya adikku Ruhul dan Alul bersama teman-teman mereka menghabiskan waktu untuk shalat tarawih dan bermain bersama.

”Sahur..sahur ,beudoh beudoh sahooor..”Sahur dikumandangkan di mushalla dekat rumah.

Aku dan keluarga mulai mempersiapkan makanan untuk sahur. Kami makan dan minum sebanyak banyak nya agar kuat berpuasa besok. Biasanya bunda menyiapkan beraneka bahan makanan untuk bekal puasa beberapa hari ke depan agar kami tetap sehat dan semangat menjalani puasa. Alhamdulillah puasa pertama semua penuh. Keesokan harinya, kami melaksanakan puasa lagi. Kali ini puasanya beda, aku ikut menemani  Bunda ke kantor karena ini kali pertama bundaku kembali bekerja setelah tiga bulan masa pemulihsn paska operasi tulang belakangnya. Bunda membutuhkanku untuk mrmbantunya menaiki tangga dan membawa tas kerjanya yang lumayan berat.

Aku senang sekali bisa menemani Bunda sekalian aku mengerjakan kisi kisi soal Ujian dan tugas Fiqih yang dikasih ustadz dan ustadzah untuk aku kerjakan di rumah. Bundaku bekerja di BAZNAS Microfinance Desa, sebuah program permodalan non Profit (tanpa bagi hasil) yang khusus diberikan kepada para mustahik secara berkelompok yang memiliki usaha ultra mikro. Jadi setiap modalnya sudah dicairkan kepada para mustahik, mereka  melaksanakan akad yang harus ditandatangani.

Aku diberi tugas oleh Bunda untuk mengambil  fotoberlangsungnya akad sebagai bukti laporan kerja Bunda dan untuk publikasi agar semakin bvanyak Muzzaki yang mau menyalurkan zakat dan infaknya melalui BAZNAS karena dana tersebut benar-benar bermanfaat dan memberi dampak bagi mustahik dalam jangka panjang untuk memperbaiki taraf hidup mereka. Jika bukan aku yang menemani Bunda ke tempat kerja, maka adikku Ruhullah yang akan menggantikanku.

Beberapa hari sudah kami lalui dengan kesibukan dan berpuasa, mengaji dan membantu Bunda.Terkadang  Bunda juga ada memarahi aku dan adik-adikku karna lalai atau kurang belajar. Hihihi. Saat hari minggu aku menunggu dua orang temen yang berjanji untuk menginap di rumah. Akhirnya yang ditunggu datang juga. Aku menghabiskan waktu dua hari bersama Fahira dan Ica, temanku di Pondok.

Rencananya pada saat malam hari, kami  ingin menonton film horror dengan memakai laptop Bundaku, namum tak jadi karna tidak diizinkan Bunda. Kata Bunda nanti kami tidak bisa tidur. Agar ada kesibukan kami bertiga merencanakan untuk pergi ke MR. DIY untuk berbelanja kebutuhan di Pondok nantinya. Walaupun tidak banyak namun berguna seperti paying, gayung, hanger, jepit pakaian dan yang lainnya. Kami juga menyempatkan berfoto untuk kami upload di Instagram sebagai kenang-kenangan kelak. Sepulang dari sana kami membawa pulang balon untuk adik masing-masing. Kurang baik apa kakak macam kami ini. Hihihi.

Malam hari terakhir setelah shalat Tarawih, Bundaku mengobrol dengan kami. Fahira yang memang orangnya komunikatif banyak sekali berdiskusi dengan Bunda tentang pilihan cita-cita. Mereka berdiskusi tentang pentingnya isu Mental Health (kesehatan mental)  di masa kini dan masa depan. Peran Psikolog sangat besar untuk membantu orang-orang yang mengalami masalah kesehatan mental agar mereka bisa segera sembuh dari trauma. Aku baru tahu kalau Fahira bercita-cita menjadi Psikolog. Hebat sekali cita-citanya. Sementara Icha belum begitu memikirkan dengan pasti apa cita-citanya. Aku sendiri dari kecil memang ingin jadi dokter kandungan. Bantu doanya yah.

Dua hari kemudian Fahira dan Icha pulang ke rumah masing-masing, kembali menunaikan puasa bareng keluarga lagi. Hari ke 15 puasa, setelah tarawih Bunda mengajak kami pergi ke warung kopi bersama sahabat akrab nya. Di sana kami mendengar musik yang dinyanyikan.

”Tin, ayo nyanyi Tin. Jangan cuma jadi penyanyi di kamar mandi aja lu!”, seru Bunda.

“Enggak ah Bund, ini kan bulan puasa Bun”, jawabku. Saat penyanyi berhenti menyanyi dan mulai dihidupkan di TV lagu Rahmatullilalamein, mulai  bibirku bergoyang mengikuti irama diam-diam.

Genap 29 hari menjalankan  puasa. Malamnya kami mendengar sidang isbhat, untuk menentukan kapan hari raya Idul Fitri. Kali ini sidang nya menegangkan. Untung lebaran hari sabtu, kalau hari jumat kami tidak jadi lebaran karna tidak tersedia apa pun di rumah, hahaha. Hari jumat adalah hari dimana kami mempersiapkan lebaran dan membersihkan rumah.

“ALLAAHUAKBAR..ALLAAHUAKBAR WALILLAHILHAMD.”

Takbir berkumandang di seluruh penjuru dunia. Saatnya menyambut hari kemenangan setelah 1 bulan penuh menjalankan ibadah puasa. Kemarin aku, Ruhul dan Alul membantu Bunda mempersiapkan hidangan untuk Lebaran. Ada lontong sayur, rendang daging, tauco udang, sambal goreng hati, kentang mustafa, brownies, tape, kue-kue kering yang dibuat oleh Bundaku juga kue-kue kering pemberian dari mitra-mitra bunda yang memproduksi aneka keripik dan kue kering khas Lebaran seperti Nastar, putri salju, cocochip, keripik pisang, peyek, sepit dan lain-lain.

Setelah melaksanakan  shalat Idul Fitri, kami satu persatu meminta maaf kepada Bunda atas kesalahan kami selama ini. Kami mencium telapak tangan Bunda dan telapak kakinya untuk meminta restu dan ridhanya. Kami tidak banyak berkunjung ke mana-mana karna kondisi Bunda yang  belum pulih benar.”Gimana kalau besok kita pergi ke Geurute, sekalian mau ngetes kekuatan tulang belakang Bunda?”, tanya Bunda dengan seru.”Okeee..deal!!”, jawab kami bertiga serempak.

Seperti direncanakan pukul dua siang pada lebaran hari keempat kami sudah berangkat menuju Geurutee. Dengan dikendarai oleh om Iwan, supir grab langganan kami yang sudah seperti keluarga. Selama perjalanan kami berbincang bincang.

”Bun ,HP mana? mau dengerin lagu batak ini, kan seru di perjalanan jauh”, tanyaku sambil mengulurkan tangan.

”Kok udah macam dia aja yang orang Batak?”, sela Bunda kepada ku.”Hihihi”, aku hanya bisa tertawa kecil saja. Aku memang mau jadi orang Batak .

Tapi macam mana lagi, sudah ditakdirkan jadi orang Aceh, terima nasib. Begitulah keluarga kami dan liburan anak pondok kali ini. Keluarga Cemana Cerita ini .Cemana-cemana aja jadi. Hingga esok hari minggu balik ke  Pondok, aku dan adikku Ruhul yang juga santriwan kelas 2 di Pondok yang sama, Oemar Diyan. Kami membantu Bunda menyiapkan semua perlengkapan kami untuk kembali ke Pesantren. Liburan kali ini seru sekali karena kami sekeluarga jadi lebih dekat satu dengan yang lain meskipun kami tidak pulang kampong seperti teman-teman. Karena kata Bunda, kampung halaman kami di Banda Aceh, sebab kami semua lahir di sini.

Rasanya tak sabar untuk kembali menghirup udara segar Pondok kami tercinta. Rindu bertemu teman-teman, para ustadz dan ustadzah. Dan yang paling penting aku sudah bisa membayangkan sampai sana langsung KO, banting tulang belajar untuk ujian Akhir Semester tepat sehari setelah kembali ke Pondok. Hihihi!!

No Comments

Tinggalkan Komentar

 

https://www.oemardiyan.com/